Sarasehan Hari Jadi Segoroyoso

Segoroyoso (08/07) – Pemerintah Kalurahan Segoroyoso pada Senin (07/07) mengadakan Sarasehan Hari Jadi Segoroyoso yang ke 366. Hadir dalam kesempatan tersebut Lurah Segoroyoso, Bapak Miyadiana beserta jajaran pamong Kalurahan Segoroyoso, Bamuskal, Babinsa, Babhinkamtibmas, Bumkal, Purna Tugas Pamong, Lembaga Keswadayaan Kalurahan, Ketua RT se Kalurahan Segoroyoso serta Kusno Setyo Utomo sebagai nara sumber.
Adapun dalam sambutannya Lurah Segoroyoso, Miyadiana menyampaikan ucapan selamat datang dan terima kasih atas kehadiran semua pihak. Bahwa moment peringatan hari jadi Segoroyoso tahun 2025 dikemas dalam format sederhana namun khidmat. Hal ini dikarenakan adanya perubahan anggaran yang semula sudah dianggarakan untuk berbagai kegiatan namun dikarenakan adanya perubahan anggaran untuk ketahanan pangan, sehingga anggaran penyelenggaraan event hari jadi Segoroyoso ditiadakan. Namun lepas dari persoalan tersebut, Lurah Segoroyoso, Miyadiana berharap adanya moment sarasehan ini menjadi pengingat sejarah berdirinya Segoroyoso. Terkait lurah yang pernah menjabat di Kalurahan Segoroyoso, saat ini Bapak Miyadiana merupakan lurah yang ke delapan imbuhnya.
Segarayasa memiliki sejarah panjang yang erat hubungannya dengan eksistensi Kerajaan Mataram. Segayarasa merupakan bagian dari ibukota Mataram yang kala itu berpusat di Pleret setelah sebelumnya berada di Kerta dan Kotagede. Segara berarti laut dan yasa berarti buatan. Segarayasa berarti laut atau perairan yang diciptakan secara sengaja. Segarayasa merupakan danau buatan yang membendung aliran Sungai Opak. Dalam perjalanan waktu, ada tiga peristiwa penting yang berkaitan dengan Segarayasa, Desa Segarayasa dan Pemerintah Desa atau Kalurahan Segarayasa yakni : 1. Tanggal 7 Juli 1659 Ini merupakan momentum saat Raja Mataram Susuhunan Hamangkurat Agung atau Amangkurat I meresmikan pembangunan istana di atas air yang kemudian dinamakan Hastana Segayasa setelah memindahkan ibukota Mataram dari Kerta ke Pleret. Inilah awal nama Segarayasa muncul didasarkan dari daghregister atau catatan harian Belanda serta Babad Sengkala pada 7 Juli 1659. 2. Perjanjian Klaten 27 September 1830 Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang membelah Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta dalam perkembangannya mengalami amandemen melalui Perjanjian Klaten 27 September 1830 usai Perang Diponegoro 1825-1830. 3. Tanggal 15 Januari 1958 Setelah kemerdekaan Indonesia, dibentuklah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 yang menyebutkan daerah yang meliputi Kesultanan Yogyakarta dan Paku Alaman ditetapkan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta.


Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin