Peringatan Perdana Hari Jadi Segoroyoso Berlangsung Meriah

19 Juli 2022
Administrator
Dibaca 72 Kali
Peringatan Perdana Hari Jadi Segoroyoso Berlangsung Meriah

Segoroyoso (19/07) – Hari Jadi Segoroyoso yang ditetapkan pada tanggal 07 Juli untuk pertama kalinya diadakan peringatan. Dimana pada tahun 2022 ini, merupakan hari jadi ke 363 Segoroyoso. Peringatan Perdana Hari Jadi ke 363 Segoroyoso diadakan secara meriah. Bertempat di Lapangan Kalurahan Segoroyoso pada Kamis (07/07) dilaksanakan upacara yang diikuti oleh Lurah, pamong, bamuskal, serta bregodo dari 9 pedukuhan. Hadir dalam kesempatan tersebut adalah Panewu Pleret, Kapolsek Pleret, Danramil Pleret, KUA Pleret, Puskesmas Pleret, Lurah se Kapanewon Pleret, mantan lurah dan pamong Kalurahan Segoroyoso, serta Bamuskal.

Peringatan Hari Jadi ke 363 Kalurahan Segoroyoso bertemakan Budaya Jawa, dimana hal tersebut dapat diterjemahkan dalam arti luas. “Budaya Jawa  bisa dimaknai dalam penggunaan busana, bahasa, lambang dan symbol, maupun accessories yang digunakan.”, demikian disampaikan Heri Maryanto selaku sie acara dalam kegiatan tersebut. Dalam penyelenggaraan upacara dengan menggunakan busana dan bahasa Jawa dengan inspektur upacara Lurah Segoroyoso Miyadiana dan komandan upacara H. Arwan Widodo.

Upacara yang dimulai pukul 13.45 WIB tersebut berlangsung dengan khitmad. Selesai upacara, kemudian dilanjutkan dengan kirab dengan urut-urutan: mobil patwal, penari edan-edanan, manggalayuda berkuda, kereta Lurah Segoroyoso, Bregodo pamong dan PKK Kalurahan, kereta Bamuskal, Bregodo SD, kemudian bregodo pedukuhan dengan segenap potensi masing-masing pedukuhan. Dimana kirab tersebut mendapatkan pengamanan dari berbagai pihak yakni Bhabinkamtibmas, Babinsa, Karangtaruna, Linmas, FPRB, Banser, serta relawan keamanan lainnya. Selain bregodo, masing-masing pedukuhan juga wajib menyertakan gunungan. Masyarakat secara antusias menyambut adanya iring-iringan kirab budaya tersebut. Rebutan gunungan dilakukan di beberapa titik, hal ini dimaksudkan agar adanya pemerataan warga yang mendapatkannya.  

Jika menilik ke belakang sejarah Segoroyoso diawali dengan Babad Momana mencatat 1637 Sultan Agung memberi perintah untuk membangun bendungan Kali Opak.  Babad Sangkala 1643 pembangunan danau tidak hanya melibatkan masyarakat sekitar keraton, tapi juga tenaga prajurit. Sepeninggal Sultan Agung, ibukota Mataram dipindahkan dari Kerta ke Pleret oleh penggantinya Susuhunan Amangkurat Agung atau Hamengkurat I yang ingin punya keraton di atas segara (danau).  Pembangunan danau buatan berdasarkan laporan Belanda pada Daghregister 7 Juli 1659 dinyatakan selesai. Amangkurat Agung mengunjungi lokasi didampingi permaisuri dan menamakan Hastana Segarayasa. Artinya istana di atas air atau danau buatan.  Catatan terakhir tentang Segarayasa ada di Babad Sengkala yang menyatakan Sungai Winongo dibendung pada 1666 untuk sarana latihan perang angkatan bersenjata Kerajaan Mataram. 7 Juli 1659 menjadi dasar awal lahirnya nama Segarayasa. Dari sebuah nama istana di atas air atau danau buatan, berkembang menjadi sebuah komunitas masyarakat atau desa.

Dalam perkembangannya pada 27 September 1830 ditandatangani Perjanjian Klaten yang mengamandemen Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755. Desa Segarayasa masuk wilayah Kawedanan Kotagede Surakarta, bersama Desa Jagalan, Singosaren, Bawuran dan Wanalela. Kemudian Desa Terong dan Desa Jatimulya, sekarang masuk Kecamatan Dlingo. Desa Segarayasa masuk wilayah enclave Kasunanan Surakarta dan baru masuk DIY sekitar 1960 an.